Analisis Rasio Keuangan



Analisis Rasio Keuangan
Gambar diperoleh dari google.com

Analisis rasio digunakan untuk membuat perbandingan antar waktu (rasio horizontal) atau antar perusahaan (rasio perusahaan dibandingkan dengan rasio industry = rasio vertical).
Saat kita mengamati setiap rasio, kita harus bertanya: apa yang berusaha diukur rasio tersebut dan mengapa informasi itu penting?
Rasio digunakan baik untuk keperluan internal (manajemen perusahaan) maupun eksternal (pemegang saham, pemasok, pembeli, pemerintah termasuk pajak dan BPS, kreditur, investor, karyawan dll)

Kategori Rasio Keuangan

1.       Short-term solvency or liquidity ratios (rasio likuiditas).
Sesuai dengan namanya short-term solvency dimaksudkan untuk menyediakan informasi mengenai tingkat likuiditas perusahaan. Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan membayar tagihan-tagihan jangka pendek tanpa mengalami masalah keuangan. Dengan demikian, rasio ini berfokus pada aset lancar dan likuiditas jangka pendek. Rasio likuiditas terutama menarik bagi para kreditur jangka pendek. Mengingat para manajer keuangan terus berhubungan dengan bank dan kreditur jangka pendek lainnya, pemahaman atas rasio ini sangat penting. Semakin tinggi nilai rasionya, akan semakin baik tingkat likuiditas perusahaan. Namun angka rasio likuiditas yang terlalu tinggi, akan berakibat sebaliknya terhadap rasio profitabilitas (keuntungan).

2.       Long-term solvency or financial leverage ratios (rasio solvabilitas / pengungkit)
Rasio ini dimaksudkan untuk mengukur kemampuan jangka panjang perusahaan dalam memenuhi kebutuhan / kewajiban jangka panjangnya terutama terhadap pinjaman jangka panjang. Pengungkit (leverage) adalah istilah yang digunakan untuk pinjaman. Karena bila perusahaan hanya menggunakan modal sendiri dalam beraktivitas (operasinya), maka akan membutuhkan waktu lama untuk mencapai target pertumbuhan yang dikehendaki. Untuk itu , sepanjang dapat mengendalikan tingkat resiko yang timbul dari pinjaman (berupa pembayaran bunga yang tetap harus dibayar walau perusahaan menderita kerugian), maka perusahaan dapat menggunakan pengungkit untuk mendongkrak kinerjanya.
Semakin tinggi rasio ini, semakin besar kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban keuangan jangka panjangnya.

3.       Asset management or turnover ratios (rasio aktivitas)
Rasio ini digunakan untuk mengetahui tingkat efisiensi penggunaan aset perusahaan sehingga disebut juga sebagai asset utilization ratios. Rasio ini dapat diartikan sebagai ukuran terhadap omzet (turnover/sales). Jadi rasio ini dimaksudkan untuk memberi gambaran seberapa efisien dan intensif perusahaan menggunakan aset-asetnya untuk menghasilkan penjualan.
Semakin besar rasio turnover semakin baik, karena hal ini berarti perusahaan dapat memanfaatkan asetnya lebih optimal (perusahaan semakin sering menggunakan aset-asetnya). Contoh : perputaran persediaan 6 kali (dalam setahun) lebih baik dibanding dengan perputaran persediaan 5 kali.
Ada perusahaan-perusahaan yang memang sengaja mengambil keuntungan tipis namun dalam jumlah transaksi yang sering sehingga secara keseluruhan, perusahaan-perusahaan tersebut akan memperoleh keuntungan yang besar. Contoh : pasar swalayan.
Rasio ini bisa juga dinyatakan dalam ukuran waktu. Kebalikan dengan ukuran turnover (perputaran aset), semakin lama waktu aset tersebut berputar (digunakan dalam 1 siklus usaha), maka semakin buruk efisiennya. Contoh : umur piutang yang lamanya 6 bulan kurang efisien dibanding dengan umur piutang yang 3 bulan.

4.       Profitability ratios / measures (rasio profitabilitas / rentabilitas)
Rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa efisien perusahaan menggunakan aset-asetnya dan mengelola usahanya sehingga menghasilkan laba bersih (bottom line).
Semakin tinggi nilai rasionya, berarti kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih semakin baik, tentunya ini berdampak positif terhadap kinerja perusahaan.

5.       Market value ratios (rasio nilai pasar)
Rasio ini untuk mengetahui nilai pasar per lembar saham dari perusahaan. Rasio ini hanya dapat digunakan untuk perusahaan yang telah menjual sahamnya di pasar modal (perusahaan terbuka / emiten). Semakin tinggi nilainya, berarti masyarakat semakin mempercayai perusahaan tersebut.

Contoh :
PT Maju Semangat
Laporan Posisi Keuangan
untuk periode yang berakhir tanggal
(dalam miliar rupiah)
                                                                               
Aset                        2012       2011                       Liabilitas  dan Ekuitas          2012       2011     
Aset Lancar                                                           Liabilitas Jangka Pendek    
Kas & Setara Kas    696            58                      Utang Usaha                             307         303
Piutang Usaha        956          992                      Utang Wesel                              26         119
Persediaan             301          361                      Lainnya                                 1.662       1.353
Lainnya                    303          264                     Jumlah                                    1.995       1.775
Jumlah                   2.256       1.675                                    
                                                                                                Liabilitas Jangka Panjang      843         1.091
Aset Tidak Lancar                                                                
Aset Tetap Net      3.138      3.358                     Ekuitas                                   2.556       2.167    
Jumlah                   5.394      5.033                     Jumlah                                   5.394       5.033

PT Maju Semangat
Laporan Laba Rugi (Komprehensif)
Tahun 2012
(dalam miliar rupiah)

Penjualan Bersih                                                    5.000  
Beban Pokok Penjualan                                      (2.006) 
Beban Usaha                                                         (1.740) 
Penyusutan                                                               (116) 
Laba Sebelum Bunga dan Pajak                            1.138  
Beban Bunga                                                                   7  
Laba Sebelum Pajak                                                 1.131
Pajak (34%)                                                                 442
Laba Bersih                                                                 689
                                                                               
(dalam rupiah penuh)                                                                        
Laba per Saham (Earning per Share / EPS)            3,61 
Dividend per Share                                                   1,08 

Angka perhitungan di bawah ini untuk tahun 2012 dan disajikan dalam miliar rupiah (kecuali hasilnya)

Ad 1.   Menghitung rasio likuiditas (liquidity ratios) tahun 2012
Current Ratio (Rasio Lancar) = CA / CL = Aset Lancar / Likuiditas Jangka Pendek = 2.256 / 1.995 = 1,13 kali (=113%) artinya 1 rupiah utang (liabilitas) jangka pendek perusahaan dijamin pembayarannya dengan 1,13 rupiah aset lancar. Semakin tinggi nilai rasio lancar ini semakin baik (semakin besar jaminan untuk pembayaran utang jangka pendek perusahaan).
Quick Ratio (Rasio Cepat) = (CA – Inventory) / CL = (2.256 – 301) / 1.995 = 0.98 kali (98%). Artinya 1 rupiah utang jangka pendek perusahaan dijamin pembayarannya oleh 0,98 rupiah aset cepat (kas dan setara kas serta piutang usaha).
Cash Ratio (Rasio Kas) = Cash / CL = 696 / 1.995 = 0.35 kali (35%) artinya 1 rupiah utang jangka pendek perusahaan dijamin pembayarannya oleh 0,35 rupiah kas dan setara kas.
NWC to Total Assets = NWC / TA = (2.256 – 1.995) / 5.394 = 0,05 (5%) menunjukkan jumlah likuiditas jangka pendek perusahaan terhadap total aset yang dimiliki perusahaan. Semakin rendah nilainya menunjukkan tingkat likuiditas perusahaan yang rendah.
Interval Measure = CA / average daily operating costs =2.256 / ((2.006 + 1.740)/365) = 219.8 hari. Rasio ini menunjukkan seberapa lama perusahaan dapat terus berjalan (contoh kasus : bila perusahaan dilanda pemogokan sehingga arus kas perusahaan menderita ‘kekeringan’). Dalam kasus di atas perusahaan tetap dapat berjalan selama 220 hari atau lebih dari 7 bulan. Bila pemogokan lebih dari 220 hari, maka perusahaan tidak dapat beroperasi lagi. Yang dimaksud dengan daily operating cost mencakup beban pokok penjualan dan beban usaha yang bersifat tunai.

Ad 2.  Menghitung rasio pengungkit (leverage ratios)
Total Debt Ratio = (TA – TE) / TA = (5.394 – 2.556) / 5.394 = 52.61% artinya sebanyak 52,61% aset perusahaan dibelanjai (didanai) oleh dana pinjaman. Semakin besar rasio ini berdampak semakin besar resiko bagi kreditur dalam hal pengembalian pinjamannya.
Debt/Equity = TD / TE = (5.394 – 2.556) / 2.556 = 1,11 kali artinya 1 rupiah dana modal sendiri (ekuitas) diikuti oleh 1,11 rupiah dana pinjaman atau dana pinjaman 1,11 kali dari dana sendiri alias lebih besar dana pinjaman dibanding dana sendiri (ekuitas).
Equity Multiplier = TA / TE = 1 + D/E = 1 + 1,11 = 2,11 kali artinya dengan modal sendiri (ekuitas) sebesar 1 rupiah dapat menghasilkan aset sebesar Rp 2,11. Berarti 1 rupiah ekuitasnya digandakan sehingga menjadi 2,11 rupiah aset.
Long-term debt ratio = LTD / (LTD + TE) = 843 / (843 + 2.556) = 24,80%. Rasio ini menunjukkan seberapa besar sumber dana jangka panjang merupakan modal pinjaman. Sumber dana jangka panjang (dikenal dengan istilah total capitalization) terdiri dari liabilitas jangka panjang dan ekuitas (modal sendiri). Sebagian analis keuangan lebih tertarik kepada pinjaman jangka panjang dibanding pinjaman jangka pendek karena pinajaman jangka pendek kerap berubah di samping utang usaha lebih mencerminkan praktek dagang dibanding kebiajakan manajemen utang.

Ad 3.  Menghitung rasio aktivitas (Coverage Ratios)
Times Interest Earned (TIE) / Interest Coverage Ratio = EBIT / Interest = 1.138 / 7 = 162,57 kali artinya 1 rupiah beban bunga dijamin pembayarannya oleh 162,57 rupiah laba usaha. Artinya memberi kepastian dalam pembayaran bunga bila semakin besar rasionya. Masalah yang dihadapi TIE adalah karena rasio ini didasarkan pada EBIT yang bukan merupakan ukuran dari tersedianya dana tunai untuk membayar beban bunga, karena di dalam EBIT sudah dikurangi beban penyusutan yang merupakan beban non tunai.
Cash Coverage = (EBIT + Depreciation) / Interest = (1.138 + 116) / 7 = 179,14 kali artinya 1 rupiah beban bunga dijamin pembayarannya oleh 179,14 rupiah laba usaha tunai. EBIT + Depreciation dikenaldenganistilah EBITD (dibaca ebbit-dee) atau EBITDA yaitu laba sebelum bunga, pajak dan penyusutan.
Yang dimaksud dengan penyusutan di sini adalah beban non tunai dalam pengertian luas , termasuk di dalamnya adalah depresiasi (penyusutan atas aset tetap), deplesi (penyusutan atas tanah produktif), amortisasi (penyusutan atas aset lain-lain / intangible assets seperti goodwill, trademark, patent, copyrights, organization costs, preoperating expenses, license / franchise fee dll) dan bad debt expenses (beban penghapusan piutang).

Menghitung rasio persediaan
Inventory Turnover = Cost of Goods Sold / Inventory = 2.006 / 301 = 6,66 kali artinya dalam 1 tahun persediaan berputar sebanyak 6,66 kali. Berputar maksudnya sejak persediaan dibeli dan masuk ke gudang sampai persediaan itu keluar kembali saat dijual dihitung satu kali perputaran. Semakin cepat perputaran persediaan, semakin efisen pemanfaatan aset perusahaan berupa persediaan.
Days’ Sales in Inventory (Inventory days on hand) = 365 / Inventory Turnover = 365 / 6,66 = 55 hari artinya lama persediaan berada di gudang selama 55 hari. Semakin lama barang berada di gudang menunjukkan barang tersebut tidak laku dijual.

Menghitung rasio piutang
Receivables Turnover = Sales / Accounts Receivable = 5.000 / 956 = 5,23 kali artinya dalam 1 tahun, piutang berputar sebanyak 5,23 kali. Maksudnya berputar di sini dihitung sejak terjadinya penjualan secara kredit sehingga menimbulkan piutang usaha sampai dilunasinya piutang usaha tersebut. Semakin cepat perputarannya berarti semakin cepat piutang tertagih.
Days’ Sales in Receivables (A/R days collection) = 365 / Receivables Turnover = 365 / 5,23 = 70 hari artinya lamanya piutang usaha tertagih selama 70 hari. Umur piutang ini harus dibandingkan dengan syarat pembayaran. Idealnya umur piutang tidak boleh melampaui syarat pembayaran (term of payment)

Menghitung perputaran total aset
Total Asset Turnover = Sales / Total Assets = 5.000 / 5.394 = 0,93 kali artinya dalam 1 tahun, total aset perusahaan berputar sebanyak 0,93 kali. Sangat tidak umum untuk TAT <1, terutama jika perusahaan memiliki sangat banyak (besar) aset tetap. Karena hal ini berarti ibarat perusahaan mengalami obesitas (kegemukan) sehingga sulit menghasilkan penjualan yang memadai , sampai aset perusahaan tidak dapat berputar bahkan sekali saja dalam setahun.
Capital Intensity Ratio = Total Assets / Sales = 5.394 / 5.000 = 1,08 kali artinya untuk menghasilkan 1 rupiah penjualan diperlukan total aset sebesar 1,08 rupiah.
NWC Turnover = Sales / NWC = 5,000 / (2,256 – 1,995) = 19.16 kali artinya modal kerja perusahaan berputar sebanyak 19,16 kali dalam setahun.
Fixed Asset Turnover = Sales / NFA = 5.000 / 3.138 = 1,59 kali artinya aset tetap perusahaan berputar 1,59 kali dalam setahun. Nilai aset tetap yang digunakan di sini adalah nilai bukunya (book value). Bisa juga digunakan harga perolehan (cost) dari aset tetap. Bila terdapat perbedaan yang besar antara perputaran aset tetap bruto (yakni bila digunakan aset tetap sesuai dengan harga perolehannya) dengan perputaran aset tetap neto (bila digunakan nilai buku aset tetap), hal ini berarti aset tetap perusahaan telah lama disusutkan (lama digunakan) sehingga nilai bukunya menjadi kecil. Hal ini dapat berindikasi bahwa aset tetap perusahaan digunakan secara efisien atau sebaliknya perusahaan tidak melakukan peremajaan aset tetapnya.

Di samping itu dapat pula dihitung rasio seperti Payables Turnover (rumusnya Purchases / Accounts Payable) dan A/P payment’s days (rumusnya 365 / Payables Turnover).
Seluruh angka 365 menunjukkan jumlah hari dalam setahun. Untuk tahun kabisat, maka angka ini diubah menjadi 366 hari.


Ad. 4  Menghitung Rasio Keuntungan (profitabilitas / Profitability Measures)
Profit Margin = Net Income / Sales = 689 / 5.000 = 13,78% artinya laba bersih (bottom line) perusahaan sebesar 13,78% dari nilai penjualan atau 1 rupiah penjualan menghasilkan keuntungan bersih sebesar Rp 0,14.
Return on Assets (ROA) Tingkat Pengembalian Aset / Rentabilitas Ekonomis = Net Income / Total Assets = 689 / 5.394 = 12,77% artinya penggunaan 1 rupiah total aset menghasilkan keuntungan bersih sebesar Rp 0,13.
Return on Equity (ROE) = Tingkat Pengembalian Ekuitas (modal sendiri) = Rentabilitas Ekuitas Net Income / Total Equity = 689 / 2.556 = 26,96% artinya setiap 1 rupiah modal yang ditanamkan menghasilkan Rp 0,27 keuntungan bersih.

Ad.  Menghitung Nilai Pasar (Market Value Measures)
Harga Pasar = Rp 87,65 per lembar
Saham yang beredar = 190,9 juta
PE Ratio = Price per share / Earnings per share = Rp 87,65 / 3,61 = 24,28 kali artinya harga pasar saham besarnya 24,28 kali dari laba per saham yang dihasilkan.
Market-to-book ratio = market value per share / book value per share = 87,65 / (2.556 / 190,9) = 6,55 kali artinya nilai pasar perusahaan 6,55 kali dari harga bukunya. Nilai pasar di atas nilai buku menunjukkan perusahaan baik.

Formula Du Pont (the Du Pont Identity)
ROE = NI / TE
Kalikan dengan 1 (TA/TA) sehingga menjadi ROE = (NI / TE) (TA / TA)
ROE = (NI / TA) (TA / TE) = ROA * EM
Kalikan dengan 1 (sales/sales) sehingga menjadi ROE = (NI / TA) (TA / TE) (Sales / Sales)
ROE = (NI / Sales) (Sales / TA) (TA / TE)
ROE = PM * TAT * EM
Profit Margin (PM) merupakan ukuran atas efisiensi usaha perusahaan (seberapa baik perusahaan dapat mengendalikan biaya).
Total Aset Turnover (TAT) merupakan ukuran atas efisiensi penggunaan aset perusahaan – seberapa baik perusahaan mengelola asetnya.
Equity Multiplier (EM) merupakan ukuran atas tingkat pengungkit keuangan perusahaan.
Dengan demikian menurut Du Pont, tingkat pengembalian ekuitas (return on equity / ROE) tergantung seberapa jauh perusahaan berhasil mengendalikan biayanya, seberapa baik perusahaan mengelola asetnya dan seberapa besar angka pengganda ekuitas (seberapa besar perusahaan menggunakan modal sendiri/ekuitas).
Pada contoh di atas :
ROE = ROA x EM = 12,77% x 2,11 = 26,96%
Atau
ROE = PM x TAT x EM = 13,78% x 0,93 x 2,11 = 26,96%

Mengapa Perlu Mengevaluasi Laporan Keuangan? Siapa saja pihak yang berkepentingan terhadap evaluasi Laporan Keuangan?
1.       Untuk keperluan internal (manajemen) yakni untuk mengevaluasi kinerja (dikaitkan dengan pemberian kompensasi / imbal hasil ke karyawan dan perbandingan antar divisi) dan merencanakan masa depan (memberi petunjuk dalam memperkirakan arus kas di masa mendatang).
2.       Untuk keperluan eksternal yakni : kreditur (untuk mengetahui kemampuan perusahaan melunasi pinjaman dan membayar bunga), pemasok (kemampuan perusahaan melunasi / membayar semua pembeliannya/utang nya), pembeli (semakin baik perusahaan, pembeli akan yakin akan produk yang ditawarkan) dan pemegang saham (seberapa besar perusahaan akan memberi tingkat hasil / return atas investasi dalam saham yang dipunyainya , bagaimana perbandingannya dengan tingkat bunga pinjaman).

Tolok Ukur
Rasio kurang berguna bila tidak bisa dibandingkan.
Membandingkan rasio dari waktu ke waktu , disebut sebagai analisa kecenderungan waktu (Time-trend analysis). Rasio ini digunakan untuk melihat bagaimana kinerja perusahaan berubah dari waktu ke waktu. Analisa ini bisa digunakan untuk keperluan internal maupun eksternal.
Sedangkan bila rasio perusahaan dibandingkan dengan perusahaan sejenis atau satu industry, disebut analisa industry (Peer Group Analysis). Contoh : rasio keuangan PT Hyundai Indonesia dibandingkan dengan rasio industry otomotif. Adapun yang dimaksud dengan rasio industry adalah rata-rata rasio dari seluruh perusahaan yang berada dalam industry yang sama (misal : otomotif).

Masalah Potensial
-          Tidak ada teori yang mendasari untuk mengetahui rasio mana yang paling relevan.
-          Tolok ukur menemui kesulitan saat menghadapi perusahaan-perusahaan yang berbeda.
-       Globalisai dan persaingan internasional membuat perbandingan rasio lebih sulit karena adanya         perbedaan peraturan akuntansi.
-          Terdapat kebijakan akuntansi seperti untuk persediaan : FIFO, average dll.
-          Adanya perbedaan tahun fiskal.
-          Adanya pos-pos (kejadian) istimewa (seperti : bencana alam dll).


EmoticonEmoticon